Vihara Nimmala
Anda mempunyai waktu jalan-jalan ke daerah Pasar Baru Kota Tangerang? Simak sebuah vihara nan megah berdiri di sana. Vihara itu dikenal dengan nama Nimmala. Dari bentuknya, vihara yang dibangun di tanah seluas 4.650 meter persegi ini mungkin tak berbeda jauh dengan bangunan-bangunan serupa yang tersebar di negeri ini. Namun Anda akan terkesima setelah mendengar usianya yang telah mencapai 312 tahun.
Menurutnya, sekitar 1689, Boen San Bio dibangun sangat sederhana oleh seorang pedagang asal negeri Cina, Lim Tau Koen. "Ketika dibangun, vihara ini hanya terbuat dari tiang bambu. Dindingnya bilik dengan atap daun rumbia. Pada masa itu pengunjungnya terdiri dari pedagang- pedagang keturunan Cina yang beragama Budha, Konghucu dan Lao Tze yang tinggal di sekitar desa Pasar Baru dan sekitarnya," kata sesepuh Vihara Nimmala ini.
Setelah bangunan berdiri, Lim Tau Koen menempatkan sebuah patung dewa tanah bernama Kim Sing Kong- co Hok Tek Cen Sin yang khusus dibawa dari Banten. Sejak itu vihara ini menjadikan HoK Tek Ceng Sin sebagai pelindungnya. Lalu "muncul" sejumlah patung dewa dan dewi lainnya yang berasal dari Cina dan India dalam vihara itu. Seperti patung Budha Gautama, Sam Kai Kong, Bie Lek Hud, Jie Lay Hud dan Kwan Im Hud Cow.
Tak sampai 10 tahun, perkembangan jemaat kelenteng ini semakin pesat. Hingga akhirnya mereka membentuk sebuah Kong Ek (perkumpulan) dengan nama Boen San Bio. "Pada tahun 1977 , perkumpulan ini menjadi Yayasan Vihara Nimmala dan nama tersebut baru disahkan tanggal 1 Maret 1977," kata Tagara.
Dupa 'Terberat'
Selain usianya yang cukup tua, vihara ini juga punya banyak keistimewaan. Keistimewaan tersebut sudah dapat kita saksikan ketika memasuki halaman vihara. Persis di depan pintu masuk, pengunjung dapat menyaksikan sebuah tempat hio (dupa) untuk menyembah TuhanYang Mahaesa (dalam dialek Hokkian disebut Thian Sin Lo-red) yang memiliki berat 4.888 kg dengan tinggi 120 cm.
Karena berat dan tingginya, Thian Sin Lo kini tercatat sebagai tempat dupa "terberat" di Indonesia.
Selembar sertifikat dari Museum Rekor Indonesia telah menyatakan legalitasnya kepada vihara ini di akhir tahun 2000. Tapi siapa pencetus pembuatan patung pemecah rekor ini? Ternyata ide pembuatan Thian Sin Lo itu muncul dari Sukyatno Nugroho.
"Saya cuma iseng mengajukan usul itu. Ketika itu pengurus ingin membuat Thian Sin Lo yang tahan lama, maka diusulkan agar tempat hio Lo dibuat dari batu Onix. Ternyata malah mendapat rekor terberat di Indonesia," ujar Sukyatno kepada SH. Menurut pengusaha Es Teler 77 ini, dia hanya mengajukan usul sementara pelaksanaannya tetap dilakukan oleh para pengurus vihara.
Belum cukup dengan tempat hio, Sukyatno kembali mengusung ide. Dia mengusulkan agar patung-patung yang berjumlah tujuh belas buah itu juga dibuat dari batu onix supaya bisa tampil lebih megah dan tidak mudah hancur seperti kebakaran yang menimpa kuil itu dua tahun lalu. "Hal ini untuk mencegah agar jika terjadi peristiwa kebakaran seperti dua tahun lalu, benda-benda tersebut tidak ikut musnah," katanya.
Masih ada sebuah keistimewaan lagi dari Nimmala, yakni sepasang Perahu Naga berwarna merah kuning yang menjadi ciri khas masyarakat keturunan Tionghoa. Konon perahu ini hasil sumbangan seorang tuan tanah Tangerang yang bernama Oey Giok Koen.
Menurut kisah yang beredar di kalangan orang-orang tua di Tangerang, suatu ketika Giok Koen yang sedang naik bendi melintas di depan Boen San Bio. Tiba-tiba as bendinya terlepas. Giok Koen pun segera memasuki vihara dan bersujud di depan patung Budha sambil memohon.
"Jika istri saya melahirkan bayi laki- laki pada kelahiran pertama, maka saya akan menghadiahkan sepasang Perahu Naga untuk vihara ini," cetus Oey Giok Koen.
Singkat cerita, keinginannya terkabul dan dua perahu Naga dipersembahkan untuk Nimmala. Konon kedua perahu itu merupakan perahu Naga pertama yang diluncurkan di Sungai Cisadane ketika perayaan Peh Cun pertama kali digelar di Kota Tangerang.
Tokoh Asli
Tapi ternyata lingkungan vihara ini tidak melulu menyanjung tokoh- tokoh asal negeri Cina dan India. Mereka juga mengenal tokoh Mbah Raden Surja Kentjana yang konon berasal dari keturunan bangsawan Kerajaan Banten tempo dulu.
Menurut Tagara, semula makam Mbah Raden Surja Kencana berada di sekat tepian sungai Cisadane yang masih dalam ruang lingkup tanah vihara. "Tapi karena takut makam tersebut tergerus oleh aliran sungai Cisadane dan pelebaran jalan di depan vihara, maka makam tersebut dipindahkan ke dalam lingkungan vihara," ujar Tagara.
Melihat banyaknya bangunan dan aneka keajaiban dalam vihara yang terletak di Jalan Pasar Baru (kini KS Tubun -red) ini, maka pengurus vihara Nimmala punya satu cita-cita yakni menciptakan vihara ini sebagai objek wisata ritual.
0 komentar:
Post a Comment
Catatan :
Untuk menyisipkan gambar kedalam komentar, gunakan tag : [img]URL_Gambar[/img]
atau <i rel="image">URL_Gambar</i>
Untuk Video Youtube : [youtube]URL_Video[/youtube]
atau <i rel="youtube">URL_Video</i>
Untuk "Kutipan", gunakan : [blockquote]Kutipan_Anda[/blockquote]
atau <b rel="quote">Kutipan_Anda</b>
Untuk menyisipkan Kode: [code]KODE[/code]
atau <i rel="code">KODE</i>
atau <i rel="pre">KODE</i>
Dan untuk menyisipkan smiles/ emoticon, lihat kode Emoticon